Rabu, 27 Agustus 2014

FORMASI CPNS KSB 2014

Buat teman2 semua, 
Akhirnya formasi CPNS 2014 untuk kabupaten Sumbawa Barat sudah ada....

Langsung aja kawan :
 
Formasi CPNS 2014, Silahkan Link di alamat ini :
https://panselnas.menpan.go.id/index.php/form-2/13-formasi/daerah/provinsi/kabkota/401-kab-sumbawa-barat

Minggu, 24 Agustus 2014

DAFTAR NAMA PESERTA PLPG 2014 TAHAP 4 RAYON UNRAM

Kepada teman - teman yang sudah ada dalam daftar panggilan PLPG, kami ucapkan selamat ...
mudah - mudahan semuanya lancar.

silahkan Download Disini Pemanggilan Angk. 4 Kabupaten Sumbawa Barat

Sabtu, 23 Agustus 2014

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS Apabila guru sudah merasa puas dengan siklus-siklus yang dilakukan, langkah berikutnya menyusun laporan kegiatan. Proses penyusunan laporan ini tidak akan dirasakan sulit apabila sejak awal guru sudah disiplin mencatat apa saja yang sudah dilakukan. Untuk menyusun laporan penelitian diperlukan pedoman penulisan yang dapat dipakai sebagai acuan para peneliti pelaksana, sehingga tidak ditemukan adanya variasi bentuk. Di samping itu, juga perlu disesuaikan dengan pedoman yang sudah ditetapkan Diknas dalam rangka memenuhi persyaratan penulisan karya tulis ilmiah (KTI) dalam upaya meningkatkan jabatan/ golongan melalui pengembangan profesi. Berikut ini disampaikan sistematika laporan PTK sebagai berikut.
  1. A.  Bagian Awal
Bagian awal terdiri dari:
1.  Halaman Judul
2.  Halaman Pengesahan disertai tanggal pengesahan
3.  Abstrak
4.  Kata Pengantar disertai tanggal penyusunan
5.  Daftar Isi
6.  Daftar tabel/ lampiran
  1. B.  Bagian Isi
Bagian isi memuat hal-hal sebagai berikut:
BAB I  PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
BAB II   KAJIAN TEORI  DAN PUSTAKA
  1. Kajian Teori tentang Variabel Masalah
  2.  Kajian teori  variable Tindakan, serta  Hasil Penelitian yang Relevan
  3. Kerangka Berfikir
BAB III  Metode Penelitian
  1. Subjek Penelitian
  2. Prosedur/Siklus Penelitian
  3. Teknik Pengumpulan Data
  4. Teknik Analisis Data
BAB IV  HASIL DAN PEMBAHASAN
  1. Diskripsi Subjek penelitian
  2.  Sajian Hasil Penelitian
  3. Pembahasan
BAB V   SIMPULAN DAN SARAN
  1. Simpulan
  2. Saran
  3. C.   Bagian Penunjang
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN (RPP, semua instrumen, contoh hasil kerja siswa dan guru, daftar hadir siswa, foto kegiatan beserta penjelasannya)
Penjelasan dari sistematika tersebut adalah sebagai berikut.
Dalam Bab I, dimulai dengan mendikripsikan masalah penelitian secara jelas dengan dukungan data faktual yang menunjukkan adanya masalah pada setting tertentu, pentingnya masalah untuk dipecahkan. Uraikan bahwa masalah yang diteliti benar-benar nyata, berada dalam kewenangan guru dan akibat yang ditimbulkan kalau masalah tidak dipecahkan. Selanjutnya masalah dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya, sehingga akan terjawab setelah tindakan selesai dilakukan. Diupayakan rumusan masalah ini dapat dirinci dalam proses, situasi, hasil yang diperoleh. Dalam tujuan penelitian hendaknya dikemukakan secara rinci tujuan yang hendak dicapai sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan pada bagian sebelumnya. Manfaat penelitian agar dikemukakan secara wajar, tidak perlu ambisius, rumuskan yang terkait dengan siswa, dan dapat juga diperluas ke guru.
Dalam Bab II, kemukakan teori yang berkaitan dengan masalah dan tindakan yang dilakukan, dan hasil kajian/temuan/penelitian yang berkaitan dengan masalah yang diteliti (bila ada). Serta memberi arah serta petunjuk pada pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan dalam penelitian. Diperlukan untuk dapat membangun argumentasi teoritis yang menunjukan bahwa tindakan yang diberikan dimungkinkan dapat meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelas. Pada akhir bab ini dapat dikemukakan hipotesis tindakan.
Pada Bab III, deskripsikan setting penelitian, keadaan siswa, waktu pelaksanaan, sasaran yang dicapai. Tahapan di setiap siklus yang memuat: rencana, pelaksanaan/ tindakan, pemantuan dan evaluasi beserta jenis instrumen yang digunakan, refleksi (perlu dibedakan antara metode penelitian pada usulan penelitian dengan metode yang ada pada laporan penelitian). Tindakan yang dilakukan berisfat rational, feasible, collaborative. Kemukakan indikator keberhasilan atas dasar tindakan yang diberikan.
Pada  Bab IV, dideskripsikan setting penelitian secara lengkap kemudian uraian pelaksanaan masing-masing pertemuan di setiap siklus dengan disertai data lengkap berserta aspek-aspek yang direkam/diamati. Rekaman itu menunjukkan  adanya  perubahan akibat tindakan yang diberikan. Ditunjukkan adanya perbedaan dengan pelajaran yang biasa dilakukan. Pada refleksi diakhir setiap siklus berisi penjelasan tentang aspek keberhasilan dan kelemahan yang tenjadi dalam bentuk grafik. Kemukakan adanya perubahan/kemajuan/ perbaikan yang terjadi pada diri siswa, lingkungan kelas, guru sendiri, minat, motivasi belajar, dan hasil belajar. Untuk bahan dasar analisis dan pembahasan kemukakan hasil keseluruhan siklus ke dalam suatu ringkasan tabel/ grafik. Dan tabel/grafik rangkuman itu akan dapat memperjelas perubahan yang terjadi disertai pembahasan secara rinci dan jelas.
Dalam Bab V sajikan simpulan dan hasil penelitian sesuai dengan hasil analisis dan tujuan penelitian yang telah disampaikan sebelumnya. Berikan saran sebagai tindak lanjut berdasarkan simpulan yang diperoleh baik yang menyangkut segi positif maupun negatifnya.
C. Bagian Penunjang
Daftar Pustaka
Memuat semua sumber pustaka yang dirujuk dalam kajian teori yang digunakan dalam semua bagian laporan, dengan sistem penulisan yang konsisten menurut ketentuan yang berlaku.
Lampiran-Lampiran
Berisi lampiran berupa instrumen yang digunakan dalam penelitian, lembar jawaban dari siswa, izin penelitian dan bukti lain yang dipandang penting.

CONTOH PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) | EPG Studio : CONTOH PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

CONTOH PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) | EPG Studio : CONTOH PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

Jumat, 22 Agustus 2014

Cara Cepat dan Menyenangkan Belajar Matematika.

Cara Cepat dan Menyenangkan Belajar Matematika.

- Tidak bisa dipungkiri bahwa matematika adalah salah satu ilmu pengetahuan yang banyak memiliki manfaat dalam kehidupan manusia. Tanpa disadari, banyak sekali bagian dari hidup kita yang berkaitan dengan matematika. Namun sayangnya, tidak sedikit dari kita yang menganggap bahwa matematika merupakan pelajaran yang menakutkan. Padahal bila kita mengenal matematika dengan baik, maka kita juga akan bisa 'bersahabat' dengan matemtika. Salah satu cara kita menyukai matematika adalah dengan mengetahui cara cepat belajar matematika.

Berikut ini adalah cara cepat belajar matematika dan juga menyenangkan:

Selalu menggunakan logika berfikir
Matematika tidak hanya membutuhkan kemampuan berhitung karena bila hanya berhitung saja, maka kita bisa dengan mudah menggunakan alat bantu seperti kalkulator. Yang paling penting dalam belajar matematika adalah logika berfikir. Oleh karena itu dibutuhkan pemahaman yang benar tentang matematika

Selalu menggunakan cara yang menyenangkan
Siapapun akan setuju bahwa mempelajari sesuatu dengan hati yang senang akan bisa dengan mudah memahami hal tersebut. Begitu juga dengan matematika. Serumit apapun soal matematika, bila kita mempelajarinya dengan senang ataupun menggunakan cara yang menyenangkan, maka kita bisa dengan cepat menguasainya

Gunakan simbol
Mengapa harus menggunakan simbol? karena matematika pada dasarnya bersifat abstrak (tidak nyata). Oleh karena itu, supaya kita tidak kesulitan dalam belajar matematika, kita harus bisa memegang, merasakan, serta melihat sehingga kita harus bisa mewujudkan dalam bentuk nyata supaya kita bisa dengan mudah memahami matematika

Jangan Terpaku/menghapal rumus
Pada pengerjaan soal matematika apabila kita tidak bisa mengerjakan soal karna lupa rumus atau tidak mengetahui rumus apa yang digunakan , maka gunakan lah logika mu

#tapi jangan sampai ngasal juga ya sobat :)

Jabarkan dalam bentuk cerita
Sebuah soal matematika yang sangat rumit dan sulit, akan bisa terlihat mudah untuk dipecahkan bila diuraikan dalam bentuk cerita. Ini berhubungan dengan penggunaan logika berfikir. Oleh karena itu, bila kita telah terbiasa menggunakan logika berfikir dalam memecahkan soal matematika, maka kita tidak akan menemui kesulitan bila kita menjumpai sebuah soal matematika dalam bentuk cerita.

PENGARUH PENDEKATAN PROBLEM POSING TERHADAP DAYA TANGKAP SISWA UNTUK MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS VIII SMP NEGERI 6 BANJARMASIN

PENGARUH PENDEKATAN PROBLEM POSING
TERHADAP DAYA TANGKAP SISWA
UNTUK MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS VIII SMP NEGERI 6 BANJARMASIN

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH
SARBAINI
A1C103033

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2009

A.LATAR BELAKANG

Beberapa kali siswa dari Indonesia memenangkan kompetisi matematika ataupun mata pelajaran lainnya. Bahwa itu adalah sebauah prestasi, kita tidak bisa memungkiri. Tetapi kita juga tidak bisa menutup mata terhadap kenyataan sesungguhnya. Para pemenang kompetisi itu bukanlah siswa yang bisa mewakili kemampuan siswa Indonesia pada umumnya, karena kesenjangan antara para siswa pemenang kompetisi internasional itu dengan kebanyakan siswa di Indonesia sangatlah besar.
Kenyataan yang sesungguhnya, mutu pendidikan Indonesia berada dalam dilema. Di satu sisi, pemerintah ingin meningkatkan standar kompetensi lulusan, tetapi jika standar ditingkatkan, maka tingkat kelulusan siswa hampir bisa dipastikan menurun. Di sisi lain, pemerintah juga tidak ingin banyak siswa yang tidak lulus, maka standar kelulusanpun diturunkan. Akan tetapi, cara ini adalah cara yang tidak bijak. Sesungguhnya yang harus dilakukan adalah tetap mengupayakan peningkatan standar kelulusan. Sebagai konsekuensinya, pemerintah juga harus berupaya meningkatkan kualitas siswa, agar mampu menjangkau standar kelulusan tersebut.
Tidak terkecuali dalam matematika. Terlebih lagi hingga saat ini matematika masih merupakan monster yang sangat menakutkan bagi sebagian besar siswa. Permasalahan ini tidak bisa hanya dilihat dalam satu sudut pandang saja. Kita tidak boleh menilai dilema mutu pendidikan matematika ini hanya disebabkan oleh matematika yang sulit. Karena, jika kita berbicara tentang pendidikan matematika, tidak bisa terlepas dari tiga bahasan utama yaitu matematika itu sendiri, bagaimana matematika diajarkan, dan bagaimana siswa belajar matematika.
Tentu saja upaya pemerintah menurunkan standar kelulusan untuk mata pelajaran matematika tidak akan terjadi jika kita memandang pendidikan matematika secara menyeluruh. Tentunya, kebijakan-kebijakan yang akan diambilpun tidak sekedar menurunkan standar kelulusan untuk meningkatkan jumlah kelulusan, tetapi kebijakan yang diambil juga menyangkut setidaknya tiga hal berikut ini;
1)Apa itu matematika; artinya materi apa saja yang layak dimasukkan ke dalam bidang pembahasan matematika; juga menyangkut penjenjangan materi matematika;
2)Bagaimana guru mengajarkan matematika; meliputi kemampuan yang harus dimiliki guru untuk menyajikan matematika agar menarik minat belajar siswa;
3)Bagaimana cara siswa mempelajari matematika; meliputi aspek psikologis siswa dalam hal kegiatan belajar mengajar.
Jika sudut pandang kita tentang pendidikan matematika telah kita luruskan, maka yang perlu kita lakukan selanjutnya adalah menentukan pendekatan apa saja yang paling efektif untuk pembelajaran matematika tertentu, bagaimana aplikasinya dalam aktivitas pembelajaran, dan bagaimana metode pengujiannya.


B.RUMUSAN MASALAH

Rincian permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut;
1)Pendekatan apa yang digunakan dalam pembelajaran matematika di SMP Negeri 6 Banjarmasin;
2)Pengaruh penerapan pendekatan tersebut terhadap minat dan daya tangkap siswa;
3)Pengaruh penerapan pendekatan problem posing dalam pembelajaran matematika untuk siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Banjarmasin.

C.BATASAN MASALAH


Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah mengenai pengaruh penerapan pendekatan problem posing terhadap daya tangkap siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Banjarmasin.

D.TUJUAN PENELITIAN


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang pengaruh pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan problem posing pada siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Banjarmasin, sehingga permasalahan yang diajukan bisa terjawab. Untuk itu melalui penelitian ini, peneliti ingin mendapatkan, mengolah dan menganalisis data tentang;
1)Penerapan pendekatan problem posing dalam pembelajaran matematika dan pengaruhnya bagi peningkatan minat belajar siswa.
2)Penerapan pendekatan problem posing dalam pembelajaran matematika dan pengaruhnya bagi daya tangkap siswa.

E.ANGGAPAN DASAR


Menurut W. Sus Ahmad, anggapan dasar adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh peneliti (Zainun Iskandar: 2005: 28).
Keberhasilan pembelajaran matematika tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat kecerdasan siswa, melainkan juga dipengaruhi oleh cara guru dalam mengajarkan matematika kepada siswanya.

F.HIPOTESIS
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian (Wahyu: 2002: 22). Dari latar belakang dan tinjauan pustaka di atas, dapat kita buat hipotesis sebagai berikut yaitu:
1)Hipotesis nol (Ho): Tidak terdapat pengaruh antara penerapan pendekatan problem posing terhadap peningkatan daya tangkap siswa dalam pembelajaran matematika untuk siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Banjarmasin.
2)Hipotesis alternatif (Ha): Terdapat pengaruh antara penerapan pendekatan problem posing terhadap peningkatan daya tangkap siswa dalam pembelajaran matematika untuk siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Banjarmasin.


G.TINJAUAN PUSTAKA
7.1Konstruktivisme dalam Pembelajaran


Kontruktivisme merupakan aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi kita sendiri (Von Glaserfeld dalam Pannen dkk, 2001:3).  Konstruktivisme sebagai aliran filsafat, banyak mempengaruhi konsep ilmu pengetahuan, teori belajar dan pembelajaran. Konstruktivisme menawarkan paradigma baru dalam dunia pembelajaran. Sebagai landasan paradigma pembelajaaran, konstruktivisme menyerukan perlunya partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran, perlunya pengembagan siswa belajar mandiri, dan perlunya siswa memiliki kemampun untuk mengembangkan pengetahuannya sendiri.
Seruan tersebut memberi dampak terhadap landasan teori belajar dalam dunia pendidikan di Indonesia. Semula teori belajar dalam pendidikan Indonesia lebih didominasi aliran psikologi behaviorisme. Akan tetapi saat ini, para pakar pendidikan di Indonesia banyak yang menyerukan agar landasan teori belajar mengaju pada aliran konstruktivisme.
Akibatnya, oreintasi pembelajaran di kelas mengalami pergeseran dari berpusat pada guru mengajar ke pembelajaran berpusat pada siswa. Siswa tidak lagi diposisikan sebagai gelas kosong yang siap diisi. Dengan sikap pasrah siswa disiapkan untuk dijejali informasi oleh gurunya. Atau siswa dikondisikan sedemikian rupa untuk menerima pengatahuan dari gurunya. Siswa kini diposisikan sebagai mitra belajar guru. Guru bukan satu-satunya pusat informasi dan yang paling tahu. Guru hanya salah satu sumber belajar atau sumber informasi. Sedangkan sumber belajar yang lain bisa teman sebaya, perpustakaan, alam, laboratorium, televisi, koran ataupun internet.
Bagi aliran konstruktivisme, guru tidak lagi menduduki tempat sebagai pemberi ilmu. Tidak lagi sebagai satu-satunya sumber belajar.  Namun guru lebih diposisikan sebagai fasiltator yang memfasilitasi siswa untuk dapat belajar dan mengkonstruksi pengetahuannya sendiri (Hudojo, 1998:5-6).
Sebagai fasilitator guru bertanggung jawab terhadap kegiatan pembelajaran di kelas. Diantara tanggung jawab guru dalam pembelajaran adalah merangsang dan memotivasi siswa, mendiagnosis dan mengatasi kesulitan siswa serta menyediakan pengalaman untuk menumbuhkan pemahaman siswa (Suherman dkk, 2001:76).
Oleh karena itu, guru harus menyediakan dan memberikan kesempatan sebanyak mungkin kepada siswa untuk belajar secara aktif. Sedemikian rupa sehingga para siswa dapat menciptakan, membangun, mendiskusikan, membandingkan, bekerja sama, dan melakukan eksperimentasi dalam kegiatan belajarnya (Setyosari, 1997: 53).

7.2Pendekatan Problem Posing sebagai Salah Satu Tipe Pembelajaran Konstruktivisme


Memperhatikan uraian di atas, nampaknya pembelajaran dengan pendekatan problem posing sejalan dengan prinsip pembelajaran berparadigma konstruktivisme. Melalui pembelajaran dengan pendekatan problem posing, siswa bisa belajar aktif dan mandiri. Ia akan membangun pengetahuannya dari yang sederhana menuju pengetahuan yang kompleks. Dan dengan bantuan guru, siswa bisa diarahkan untuk mengaitkan suatu informasi dengan informasi yang lainnya sehingga terbentuk suatu pemahaman baru.
Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk mendukung proses tersebut adalah pembelajaran matematika dengan pendekatan problem posing. Beberapa hasil penelitian menemukan bahwa pembelajaran dengan pendekatan problem posing memiliki dampak positif terhadap prestasi belajar siswa. Selain itu Rusefendi dalam Surtini (2004:49) mengatakan bahwa upaya membantu siswa memahami soal dapat dilakukan dengan menulis kembali soal tersebut dengan kata-katanya sendiri, menuliskan soal dalam bentuk lain atau dalam bentuk operasional. Kegiatan inilah yang dikenal dengan istilah problem posing. Oleh karena itu dengan pembelajaran problem posing ini, siswa diharapkan dapat membuat soal sendiri yang tidak jauh berbeda dengan soal yang diberikan oleh guru dari situasi-situasi yang ada, sehingga siswa terbiasa dalam menyelesaikan soal termasuk soal cerita dan diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

H.MANFAAT PENELITIAN


Penelitian ini penting karena mempunyai peranan dalam upaya meningkatkan daya tangkap siswa terhadap materi pelajaran matematika, sehingga tingkat kelulusan siswa tetap tinggi meskipun dengan diberlakukannya standar kelulusan yang tinggi.

I.METODE PENELITIAN


Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. (Sugiyono: 2006).
Metode pada dasarnya merupakan keseluruhan proses pemikiran dan penentuan matang tentang hal-hal yang dapat dilakukan. Ia merupakan landasan berpijak, serta dapat pula dijadikan dasar penilaian baik oleh peneliti itu sendiri maupun orang lain terhadap kegiatan penelitian. Dengan demikian, rancangan/metode penelitian bertujuan untuk memberi pertanggungjawaban terhadap semua langkah yang akan diambil. (Margono: 2002: 239).
Jenis penelitian ini merupakan penelitian

J.WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
10.1Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan, yaitu dari bulan Mei sampai bulan September 2009.

10.2Tempat Penelitian


Penelitian dilakukan di SMP Negeri 6 Banjarmasin yang beralamat di Jl. Veteran Gang Sempati Rt. 30 No. 6 Banjarmasin.



K.ANALISIS DATA


Untuk menganalisis data, peneliti akan menggunakan teknik Statistik Chi Kuadrat (X²). Adapun alasan menggunakan teknik ini adalah;
1)Ukuran sampelnya kecil dan sifat distribusi populasinya tidak diketahui secara pasti
2)Variabel penelitian dalam skala nominal
3)Untuk menduga barangkali ada faktor yang mempengaruhi adanya hubungan.
Rumus chi kuadrat (X²) adalah sebagai berikut;

X²=

Ket :
X²= Chi Kuadrat
fo= frekwensi yang diobservasi
fe= frekwensi yang diharapkan
Keputusan ;
Ho diterima apabila ; X² ≤ X² â„“; derajat bebas tertentu
Ho ditolak apabila ; X² > X² â„“; derajat bebas tertentu.

Matematika: LEMBAR KERJA PEMBUATAN ALAT PERAGA

Matematika: LEMBAR KERJA PEMBUATAN ALAT PERAGA: LEMBAR KERJA PEMBUATAN ALAT PERAGA Nama Kelompok Kelompok 9 ·                  Dwi Sari Eviyanti Tarigan ·                  Indah...

Kamis, 21 Agustus 2014

Model Pembelajaran Project Based Learning

Model Pembelajaran Project Based Learning dan Kurikulum 2013

blog penelitian tindakan kelas

Model Pembelajaran Project Based Learning dan Kurikulum 2013

Apa kabar pembaca setia blog penelitian tindakan kelas? Semoga kita semua selalu dalam lindunganNya untuk mengemban tugas mulia memajukan pendidikan anak bangsa untuk menyongsong era generasi emas di masa datang. Kali ini, kami ingin berbagi mengenai model pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) dalam kaitannya dengan pendekatan saintifik (scientific approach) dan implementasi Kurikulum 2013. Yuk disimak.

Project Based Learning (Model Pembelajaran Berbasis Proyek)

Apakah model pembelajaran berbasis proyek itu? Model pembelajaran berbasis proyek (project based learning) adalah sebuah model pembelajaran yang menggunakan proyek (kegiatan) sebagai inti pembelajaran. Dalam kegiatan ini, siswa melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, dan sintesis informasi untuk memperoleh berbagai hasil belajar (pengetahuan, keterampilan, dan sikap).

Saat ini pembelajaran di sekolah-sekolah kita masih lebih terfokus pada hasil belajar berupa pengetahuan (knowledge) semata. Itupun sangat dangkal, hanya sampai pada tingkatan ingatan (C1) dan pemahaman (C2) dan belum banyak menyentuh aspek aplikasi (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6).  Ini berarti pada umumnya, pembelajaran di sekolah belum mengajak siswa untuk menerapkan, mengolah setiap unsur-unsur konsep yang dipelajariuntuk membuat (sintesis) generaliasi, dan belum mengajak siswa mengevaluasi (berpikir kritis) terhadap konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang telah dipelajarinya. Sementara itu, aspek keterampilan (psikomotor) dan sikap (attitude) juga banyak terabaikan.

project based learning

Langkah-Langkah Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)

Di dalam pelaksanaannya, model pembelajaran berbasis proyek memiliki langkah-langkah (sintaks) yang menjadi ciri khasnya dan membedakannya dari model pembelajaran lain seperti model pembelajaran penemuan (discovery learning model) dan model pembelajaran berdasarkan masalah (problem based learning model). Adapun langkah-langkah itu adalah; (1) menentukan pertanyaan dasar; (2) membuat desain proyek; (3) menyusun penjadwalan; (4) memonitor kemajuan proyek; (5) penilaian hasil; (6) evaluasi pengalaman.

Model pembelajaran berbasis proyek selalu dimulai dengan menemukan apa sebenarnya pertanyaan mendasar, yang nantinya akan menjadi dasar untuk memberikan tugas proyek bagi siswa (melakukan aktivitas). Tentu saja topik yang dipakai harus pula berhubungan dengan dunia nyata. Selanjutnya dengan dibantu guru, kelompok-kelompok siswa akan merancang aktivitas yang akan dilakukan pada proyek mereka masing-masing. Semakin besar keterlibatan dan ide-ide siswa (kelompok siswa) yang digunakan dalam proyek itu, akan semakin besar pula rasa memiliki mereka terhadap proyek tersebut. Selanjutnya, guru dan siswa menentukan batasan waktu yang diberikan dalam penyelesaian tugas (aktivitas) proyek mereka.

Dalam berjalannya waktu, siswa melaksanakan seluruh aktivitas mulai dari persiapan pelaksanaan proyek mereka hingga melaporkannya sementara guru memonitor dan memantau perkembangan proyek kelompok-kelompok siswa dan memberikan pembimbingan yang dibutuhkan. Pada tahap berikutnya, setelah siswa melaporkan hasil proyek yang mereka lakukan, guru menilai pencapaian yang siswa peroleh baik dari segi pengetahuan (knowledge terkait konsep yang relevan dengan topik), hingga keterampilan dan sikap yang mengiringinya. Terkahir, guru kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk merefleksi semua kegiatan (aktivitas) dalam pembelajaran berbasis proyek yang telah mereka lakukan agar di lain kesempatan pembelajaran dan aktivitas penyelesaian proyek menjadi lebih baik lagi.

ManfaatYang Dapat Diraih

Banyak sekali manfaat yang dapat diraih melalui penerapan model pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) ini, misalnya: (1) siswa menjadi pebelajar aktif; (2) pembelajaran menjadi lebih interaktif atau multiarah; (3) pembelajaran menjadi student centred); (4) guru berperan sebagai fasilitator; (5) mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa; (6) memberikan kesempatan siswa memanajemen sendiri kegiatan atau aktivitas penyelesaian tugas sehingga melatih mereka menjadi mandiri; (7) dapat memberikan pemahaman konsep atau pengetahuan secara lebih mendalam kepada siswa; dsb.

Penilaian Dalam Model Pembelajaran Project Based Learning
Karena pembelajaran berbasis proyek dapat memberikan hasil belajar dalam bentuk pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill atau psikomotor), dan sikap (attitude atau afektif), maka penilaiannyapun dilakukan untuk ketiga ranah ini. Bentuk penilaian dapat berupa tes atau nontes. Sebaiknya penilaian yang dilakukan untuk model pembelajaran berbasis proyek ini lebih mengutamakan aspek kemampuan siswa dalam mengelola aktivitas-aktivitas mereka dalam penyelesaian proyek yang dipilih dan dirancangnya, relevansi atau kesesuaian proyek dengan topik pembelajaran yang sedang dipelajari hingga keaslian (orisinalitas) proyek yang mereka garap.

Model Pembelajaran Berbasis Proyek dan Kurikulum 2013


Dalam rasional perubahan kurikulum sebelumnya (KTSP/Kurikulum 2006) ke Kurikulum2013 disebutkan bahwa perkembangan pengetahuan dan pedagogi dalam hal ini neurologi, psikologi, observation based (discovery) learning dan collaborative learning adalah salah satu alasan pentingnya perubahan kurikulum. Hal ini tentu berimplikasi pada model-model pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan mengajar di sekolah. Salah satu model pembelajaran yang dianjurkan untuk digunakan adalah model pembelajaran berbasis proyek (project based learning). Hal ini tentunya bukan tanpa alasan, karena mengingat karakteristik-karakteristik unggul dari model pembelajaran ini yang mampu mengakomodasi alasan tersebut di atas.

Selain itu pembelajaran tentunya harus diubah dari kecenderungan lama (satu arah) agar menjadi lebih interaktif (multiarah). Melalui model pembelajaran ini, siswa juga akan dapat diharapkan menjadi aktif menyelidiki (belajar) dengan menyajikan dunia nyata (bukan abstrak) kepada mereka. Di dalam model pembelajaran ini, siswa akan bekerja secara tim (berkelompok) kooperatif dan mengubah pemikiran faktual semata menjadi pemikiran yang lebih kritis dan analitis.

Salah Satu Model Pembelajaran dalam Pendekatan Saintifik

Model pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru sehingga secara otomatis guru berarti juga menggunakan pendekatan saintifik (scientific approach) dalam pembelajarannya. Pendekatan saintifik adalah pendekatan pembelajaran di mana siswa memperoleh pengetahuan berdasarkan cara kerja ilmiah. Melalui pendekatan saintifik ini siswa akan diajak meniti jembatan emas sehingga ia tidak hanya mendapatkan ilmu pengetahuan (knowledge) semata tetapi juga akan mendapatkan keterampilan dan sikap-sikap yang dibutuhkan dalam kehidupannya kelak. Saat belajar menggunakan model pembelajaran berbasis proyek ini, siswa dapat berlatih menalar secara induktif (inductive reasoning). Sebagai salah satu model pembelajaran dalam pendekatan saintifik, project based learning (model pembelajaran berbasis proyek) sangat sesuai dengan Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013 Lampiran IV mengenai proses pembelajaran yang harus memuat 5M, yaitu: (1) mengamati; (2) menanya; (3) mengumpulkan informasi; (4) mengasosiasi; dan (5) mengkomunikasikan.

Kurikulum 2013 dan Pembelajaran Aktif Termaktub Dalam Project Based Learning

Dalam model pembelajaran berbasis proyek ini, siswa melakukan pembelajaran aktif. Mereka benar-benar akan dibuat aktif baik secara hands on (melalui kegiatan-kegiatan fisik), maupun secara minds on (melalui kegiatan-kegiatan berpikir/secara mental). Karena itulah, ruh dari pelaksanaaan model pembelajaran berbasis proyek ini sesuai sekali dengan amanat Kurikulum 2013. Siswa, melalui pembelajaran aktif akan melakukan aktifitas 5M (mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan).

Demikian tulisan mengenai Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) dalam kaitannya dengan Kurikulum 2013 dari blog kesayangan kita Penelitian Tindakan Kelas. Semoga bermanfaat.

MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING)

 Model Discovery Learning


Model Discovery Learning mengacu kepada teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri.

Sebagai model pembelajaran, Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry) dan Problem Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah ini.

Pada Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Perbedaan inkuiri dan problem solving dengan Discovery Learning ialah bahwa pada discovery learning masalah yang diperhadapkan kepada siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru.

Dalam mengaplikasikan model pembelajaran Discovery Learning guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan.  Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented menjadi student oriented.

Dalam Discovery Learning, hendaknya guru harus memberikan kesempatan muridnya untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientis, historin, atau ahli matematika. Bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan.

Discovery Learning dapat:

  • Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.
  • Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.
  • Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil.
  • Model pembelajaran ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri.
  • Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.
  • Model pembelajaran discovery learning ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.
  • Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.
  • Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah pada  kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.
  • Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik;
  • Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar  yang baru;
  • Mendorong siswa berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri;
  • Mendorong siswa berfikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri;
  • Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik; Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang;
  • Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan manusia  seutuhnya;
  • Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa;
  • Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar;
  • Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.


Model pembelajaran discovery learning ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berfikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.

Model pembelajaran discovery learning ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya.
Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.


Model pembelajaran discovery learning lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian.
Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur gagasan  yang dikemukakan oleh para siswa. Model pembelajaran discovery learning tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berfikir yang akan ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.

Langkah-Langkah Pelaksanaan Model Pembelajaran Discovery Learning


1. Langkah Persiapan

Langkah persiapan model pembelajaran penemuan (discovery learning) adalah sebagai berikut:
  • Menentukan tujuan pembelajaran
  • Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya  belajar, dan sebagainya)
  • Memilih materi pelajaran.
  • Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi)
  • Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa
  • Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang  konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik
  • Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa

2. Pelaksanaan


a. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)

Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan.

b.  Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah)

Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah)

c.  Data collection (Pengumpulan Data).

Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya  hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.

d.  Data Processing (Pengolahan Data)

Menurut Syah (2004:244) pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu

e.  Verification (Pembuktian)

Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing (Syah, 2004:244). Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.

f.  Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)

Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244). Berdasarkan hasil verifikasi maka  dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi

Penilaian Pada Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning)

Dalam Model Pembelajaran Discovery Learning, penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan tes maupun non tes.

Penilaian yang digunakan dapat berupa penilaian kognitif, proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa. Jika bentuk penialainnya berupa penilaian kognitif, maka dalam model pembelajaran discovery learning dapat menggunakan tes tertulis.  Jika bentuk penilaiannya  menggunakan penilaian proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa maka pelaksanaan penilaian  dapat dilakukan dengan pengamatan

Minggu, 17 Agustus 2014

VIDEO PEMBELAJARAN MATEMATIKA SMP KURIKULUM 2013

Video ni buat teman2 guru yang ingin mengimplementasikan Pembelajaran Kurikulum 2013, walaupun ini video pembelajaran siswa SMP tapi ini bisa dijadikan contoh buat teman2 guru semua....

 File Videonya Sy Buat Dalam Bentuk Winrar....OK LANGSUNG AJA .... 
SILAHKAN DOWNLOAD DISINI :



Rincian Formasi CPNS 2014

Rincian Formasi CPNS 2014 BIN (Badan Intelijen Negara)

Rincian Formasi CPNS 2014 BIN (Badan Intelijen Negara)
sumber gambar : bin.go.id
Selamat Pagi, Temen-temen setia pembaca blog, Badan Intelijen Negara membuka kesempatan bagi warga negara Indonesia yang berminat dan memenuhi syarat untuk mengikuti seleksi penerimaan CPNS BIN T.A. 2014, dengan ketentuan sbb.:
1. PERSYARATAN UMUM.
a. Warga Negara Republik Indonesia, diutamakan pria.
b. Belum pernah menikah.
c. Usia (per 1 Desember 2014) maksimal :
1) 22 tahun untuk pelamar D.III;
2) 26 tahun untuk pelamar S.1;
3) 28 tahun untuk pelamar S.2.
d. Tidak berkedudukan sebagai CPNS/PNS, calon anggota/anggota TNI/Polri, anggota dan/atau pengurus parpol.

e. Tidak pernah diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri atau tidak dengan hormat sebagai PNS/anggota TNI/Polri atau diberhentikan tidak dengan hormat sebagai pegawai swasta.
f. Tidak pernah dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan suatu tindak pidana kejahatan.
g. Sehat jasmani rohani dan tidak buta warna.
h. Tidak pernah terlibat penyalahgunaan narkoba.
i. Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia atau negara lain.
j. Pelamar yang berasal dari perguruan tinggi dalam negeri harus terakreditasi Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi dan yang berasal dari perguruan tinggi luar negeri harus mendapat pengesahan dari Ditjen Dikti Kemendikbud.
k. Memiliki IPK (skala 4) serendah-rendahnya:
1) 3,00 (tiga koma nol nol) bagi lulusan Perguruan Tinggi Negeri.
2) 3,30 (tiga koma tiga nol) bagi lulusan Perguruan Tinggi Swasta.
l. Memiliki latar belakang pendidikan, kecakapan, keahlian dan keterampilan yang diperlukan.
m. Diutamakan memiliki jaringan yang luas atau pengalaman berorganisasi baik di bidang akademis maupun organisasi sosial kemasyarakatan.

2. PERSYARATAN ADMINISTRASI.
a. Surat lamaran ditulis tangan dengan tinta warna hitam dan ditandatangani pelamar di atas materai Rp. 6.000.-
b. Daftar riwayat hidup (cantumkan nomor telepon yang mudah dihubungi dan e-mail).
c. Foto copy ijazah dan transkrip nilai yang telah dilegalisir oleh pejabat berwenang (surat keterangan lulus/ijazah sementara tidak berlaku).
d. Pasfoto berwarna terbaru ukuran 3 x 4 cm = 4 lembar, 4 x 6 cm = 4 lembar.
e. Photo copy Akta Kelahiran.
f. Photo copy KTP yang masih berlaku.
g. Surat keterangan sehat jasmani dan jiwa yang dinyatakan dengan surat keterangan dokter serta surat keterangan bebas narkoba dari Rumah Sakit Umum Pusat/Daerah.
h. Surat Keterangan Belum Pernah Menikah dari Lurah.
i. Surat Pernyataan:
1) Bersedia tidak menikah selama 1 tahun sejak diangkat menjadi PNS dan tidak akan menikah dengan sesama Pegawai BIN.
2) Tidak akan menikah dengan seseorang berkewarganegaraan asing/tanpa kewarganegaraan.
3) Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia atau negara lain.
4) Bersedia mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. PENDAFTARAN PELAMAR.
a. Pendaftaran CPNS BIN dibuka secara online pada tanggal 20 Agustus s.d. 3 September 2014
melalui portal nasional http://panselnas.menpan.go.id
b. Setelah melakukan pendaftaran melalui portal nasional http://panselnas.menpan.go.id, pelamar akan memperoleh username dan password untuk mengakses portal http://sscn.bkn.go.id dalam rangka mengisi kelengkapan pendaftaran dan mencetak Kartu Registrasi.
c. Setelah mencetak Kartu Registrasi, pelamar segera mengirimkan berkas persyaratan
administrasi yang dimasukkan dalam stofmap ukuran folio, dengan ketentuan:
1) Untuk pelamar dengan kualifikasi pendidikan D.III : Stofmap warna Kuning.
2) Untuk pelamar dengan kualifikasi pendidikan S.1 : Stofmap warna Biru.
3) Untuk pelamar dengan kualifikasi pendidikan S.2 : Stofmap warna Merah.
d. Selanjutnya berkas persyaratan administrasi tersebut dimasukkan dalam amplop warna coklat
ukuran folio dan pada sudut kiri atas ditulis kualifikasi pendidikan dan nomor telepon pelamar
yang mudah dihubungi serta ditujukan kepada:
Kepala Biro Kepegawaian Badan Intelijen Negara
Jl. Seno Raya, Pejaten Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan - 12510.
e. Berkas persyaratan administrasi selambat-lambatnya diterima Biro Kepegawaian BIN pada tanggal 3 September 2014.
4. TAHAPAN SELEKSI
Seleksi akan dilaksanakan di Jakarta dengan sistem gugur dan bagi peserta yang dinyatakan lulus
setiap tahap seleksi, akan diberitahukan melalui telepon atau diumumkan melalui website BIN:
www.bin.go.id untuk mengikuti tahap seleksi selanjutnya.
Adapun tahapan seleksi sebagai berikut:
a. Tahap I, Seleksi Administrasi.
b. Tahap II, Tes Kompetensi Dasar (TKD) sistem CAT, dilaksanakan di Kantor BKN Jakarta.
c. Tahap III, Tes Kompetensi Bidang (TKB), jadwal akan diberitahukan kemudian, meliputi :
- Tes Pengetahuan Umum.
- Tes Kesamaptaan.
- Tes Kesehatan.
- Psikotes dan Tes Kesehatan Jiwa.
- Tes Mental Ideologi.
d. Tahap IV, Pantukhir.
e. Pengumuman.

10 KABUPATEN/KOTA MENGUNDURKAN DIRI PENGADAAN CPNS 2014

Ada 10 instansi yang menyatakan mengundurkan diri  dalam pengadaan seleksi CPNS 2014. Kesepuluh instansi tersebut adalah

1.   pemkab/pemerintah kabupaten pakpak bharat
2.   pemkot/pemerintah kota palembang
3.   pemkot/pemerintah kota bengkulu
4.   pemkab/pemerintah kabupaten lampung timur
5.   pemkab/pemerintah kaupaten sukoharjo
6.   pemkot/pemerintah kota denpasar
7.   Pemerintah kota madiun
8.   Pemerintah kaupaten musi banyuasin
9.   Pemerintah kaupaten asahan
10. Pemerintah provinsi jambi

Pengunduran diri itu antara lain disebabkan oleh keterbatasan anggaran di masing-masing instansi. “Ada yang dananya telah terpakai untuk rekrutmen CPNS baik dari jalur honorer K1, K2, dan pelamar umum tahun 2013.

Sumber : menpan.go.id

PASCA UPACARA HUT RI KE - 69 KEC. BRANG REA





UPACARA HUT RI



UPACARA HUT RI
“17 AGUSTUS 2014

 

Assalammualaikum Wr. Wbr...
Teman – teman sekalian, hari ini adalah hari KEMERDEKAAN BANGSA KITA BANGSA INDONESIA. Tepatnya Tanggal 17 Agustus 1945, Bapak Ir. SOEKARNO dan Drs. MUHAMMAD  HATTA MEMPROKLAMASIKAN kemerdekaan Republik Indonesia. Itu menandakan bahwa seluruh rakyat mempersatukan persepsi, bertujuan satu dengan tegas semua rakyat ingin MERDEKA.
Walaupun hari ini hari minggu tgl 17 Agustus 2014, Semangat masyarakat BRANG REA KABUPATEN SUMBAWA BARAT – NTB juga ikut memeriahkan HUT RI Ke-69 dengan mengadakan upacara di Kantor Camat. Upacara yang langsung dipimpin oleh Camat Brang Rea berlangsung Khidmat, tetesan air mata baik dari camat dan peserta upacara tidak dapat dibendung, mengingat jasa para pahlawan yang sudah berjuang melawan Penjajah dengan tetes darah penghabisan. Hadir juga Peserta upacara yang terdiri dari anggota pemerintahan kecamatan, Bapak Ibu Guru, anak2 Pelajar, masyarakat, dan masih banyak yang lainnya.
         Setiap memperingati hari kemerdekaan INDONESIA yang jatuh pada setiap tanggal 17 Agustus, di kantor pemerintah maupun swasta, sekolah, maupun tempat lainnya pasti akan diadakan upacara bendera. Bahkan meski jatuh di hari minggu sekalipun, peringatan kemerdekaan dengan upacara bendera ini pasti berlangsung karena untuk mengenang kemerdekaan bangsa INDONESIA yang diperoleh dengan perjuangan dan bukan pemberian dari negara penjajahnya. 

            Jika diresapi, melakukan upacara bendera ini sebenarnya memiliki makna yang sangat dalam karena dapat membuat kita mengenang jasa PARA PAHLAWAN KEMERDEKAAN dalam berjuang meraih kemerdekaan dan apa yang seharusnya menjadi bagian kita saat ini sebagai generasi penerus untuk mengisi kemerdekaan. Setiap prosesi upacara bendera seperti saat menaikkan sang SANG MERAH PUTIH, pembacaan teks Proklamasi, Pancasila maupun Pembukaan UUD 1945 merupakan rangkaian bagaimana tidak mudahnya sebuah bangsa merdeka berdiri.

           Tongkat estafet negeri yang akan berusia 69 tahun ini ada di tangan anda dan saya, menjadi sebuah pertanyaan bagi kita, masihkah ada rasa nasionalisme dalam diri kita untuk bangga terhadap BANGSA INDONESIA  dan membawa bangsa ini menjadi bangsa yang adil, makmur dan sejahtera ? Jika jawaban “Ya”, maukah kita memulainya dari bentuk nasionalisme yang sederhana yaitu mengikuti UPACARA BENDERA MEMPERINGATI HUT RI 17 AGUSTUS ???



Terima kasih Tanah Airku 
By :
MUHAMMAD  KASYUDIN