Jumat, 22 Agustus 2014

PENGARUH PENDEKATAN PROBLEM POSING TERHADAP DAYA TANGKAP SISWA UNTUK MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS VIII SMP NEGERI 6 BANJARMASIN

PENGARUH PENDEKATAN PROBLEM POSING
TERHADAP DAYA TANGKAP SISWA
UNTUK MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS VIII SMP NEGERI 6 BANJARMASIN

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH
SARBAINI
A1C103033

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2009

A.LATAR BELAKANG

Beberapa kali siswa dari Indonesia memenangkan kompetisi matematika ataupun mata pelajaran lainnya. Bahwa itu adalah sebauah prestasi, kita tidak bisa memungkiri. Tetapi kita juga tidak bisa menutup mata terhadap kenyataan sesungguhnya. Para pemenang kompetisi itu bukanlah siswa yang bisa mewakili kemampuan siswa Indonesia pada umumnya, karena kesenjangan antara para siswa pemenang kompetisi internasional itu dengan kebanyakan siswa di Indonesia sangatlah besar.
Kenyataan yang sesungguhnya, mutu pendidikan Indonesia berada dalam dilema. Di satu sisi, pemerintah ingin meningkatkan standar kompetensi lulusan, tetapi jika standar ditingkatkan, maka tingkat kelulusan siswa hampir bisa dipastikan menurun. Di sisi lain, pemerintah juga tidak ingin banyak siswa yang tidak lulus, maka standar kelulusanpun diturunkan. Akan tetapi, cara ini adalah cara yang tidak bijak. Sesungguhnya yang harus dilakukan adalah tetap mengupayakan peningkatan standar kelulusan. Sebagai konsekuensinya, pemerintah juga harus berupaya meningkatkan kualitas siswa, agar mampu menjangkau standar kelulusan tersebut.
Tidak terkecuali dalam matematika. Terlebih lagi hingga saat ini matematika masih merupakan monster yang sangat menakutkan bagi sebagian besar siswa. Permasalahan ini tidak bisa hanya dilihat dalam satu sudut pandang saja. Kita tidak boleh menilai dilema mutu pendidikan matematika ini hanya disebabkan oleh matematika yang sulit. Karena, jika kita berbicara tentang pendidikan matematika, tidak bisa terlepas dari tiga bahasan utama yaitu matematika itu sendiri, bagaimana matematika diajarkan, dan bagaimana siswa belajar matematika.
Tentu saja upaya pemerintah menurunkan standar kelulusan untuk mata pelajaran matematika tidak akan terjadi jika kita memandang pendidikan matematika secara menyeluruh. Tentunya, kebijakan-kebijakan yang akan diambilpun tidak sekedar menurunkan standar kelulusan untuk meningkatkan jumlah kelulusan, tetapi kebijakan yang diambil juga menyangkut setidaknya tiga hal berikut ini;
1)Apa itu matematika; artinya materi apa saja yang layak dimasukkan ke dalam bidang pembahasan matematika; juga menyangkut penjenjangan materi matematika;
2)Bagaimana guru mengajarkan matematika; meliputi kemampuan yang harus dimiliki guru untuk menyajikan matematika agar menarik minat belajar siswa;
3)Bagaimana cara siswa mempelajari matematika; meliputi aspek psikologis siswa dalam hal kegiatan belajar mengajar.
Jika sudut pandang kita tentang pendidikan matematika telah kita luruskan, maka yang perlu kita lakukan selanjutnya adalah menentukan pendekatan apa saja yang paling efektif untuk pembelajaran matematika tertentu, bagaimana aplikasinya dalam aktivitas pembelajaran, dan bagaimana metode pengujiannya.


B.RUMUSAN MASALAH

Rincian permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut;
1)Pendekatan apa yang digunakan dalam pembelajaran matematika di SMP Negeri 6 Banjarmasin;
2)Pengaruh penerapan pendekatan tersebut terhadap minat dan daya tangkap siswa;
3)Pengaruh penerapan pendekatan problem posing dalam pembelajaran matematika untuk siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Banjarmasin.

C.BATASAN MASALAH


Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah mengenai pengaruh penerapan pendekatan problem posing terhadap daya tangkap siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Banjarmasin.

D.TUJUAN PENELITIAN


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang pengaruh pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan problem posing pada siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Banjarmasin, sehingga permasalahan yang diajukan bisa terjawab. Untuk itu melalui penelitian ini, peneliti ingin mendapatkan, mengolah dan menganalisis data tentang;
1)Penerapan pendekatan problem posing dalam pembelajaran matematika dan pengaruhnya bagi peningkatan minat belajar siswa.
2)Penerapan pendekatan problem posing dalam pembelajaran matematika dan pengaruhnya bagi daya tangkap siswa.

E.ANGGAPAN DASAR


Menurut W. Sus Ahmad, anggapan dasar adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh peneliti (Zainun Iskandar: 2005: 28).
Keberhasilan pembelajaran matematika tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat kecerdasan siswa, melainkan juga dipengaruhi oleh cara guru dalam mengajarkan matematika kepada siswanya.

F.HIPOTESIS
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian (Wahyu: 2002: 22). Dari latar belakang dan tinjauan pustaka di atas, dapat kita buat hipotesis sebagai berikut yaitu:
1)Hipotesis nol (Ho): Tidak terdapat pengaruh antara penerapan pendekatan problem posing terhadap peningkatan daya tangkap siswa dalam pembelajaran matematika untuk siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Banjarmasin.
2)Hipotesis alternatif (Ha): Terdapat pengaruh antara penerapan pendekatan problem posing terhadap peningkatan daya tangkap siswa dalam pembelajaran matematika untuk siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Banjarmasin.


G.TINJAUAN PUSTAKA
7.1Konstruktivisme dalam Pembelajaran


Kontruktivisme merupakan aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi kita sendiri (Von Glaserfeld dalam Pannen dkk, 2001:3).  Konstruktivisme sebagai aliran filsafat, banyak mempengaruhi konsep ilmu pengetahuan, teori belajar dan pembelajaran. Konstruktivisme menawarkan paradigma baru dalam dunia pembelajaran. Sebagai landasan paradigma pembelajaaran, konstruktivisme menyerukan perlunya partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran, perlunya pengembagan siswa belajar mandiri, dan perlunya siswa memiliki kemampun untuk mengembangkan pengetahuannya sendiri.
Seruan tersebut memberi dampak terhadap landasan teori belajar dalam dunia pendidikan di Indonesia. Semula teori belajar dalam pendidikan Indonesia lebih didominasi aliran psikologi behaviorisme. Akan tetapi saat ini, para pakar pendidikan di Indonesia banyak yang menyerukan agar landasan teori belajar mengaju pada aliran konstruktivisme.
Akibatnya, oreintasi pembelajaran di kelas mengalami pergeseran dari berpusat pada guru mengajar ke pembelajaran berpusat pada siswa. Siswa tidak lagi diposisikan sebagai gelas kosong yang siap diisi. Dengan sikap pasrah siswa disiapkan untuk dijejali informasi oleh gurunya. Atau siswa dikondisikan sedemikian rupa untuk menerima pengatahuan dari gurunya. Siswa kini diposisikan sebagai mitra belajar guru. Guru bukan satu-satunya pusat informasi dan yang paling tahu. Guru hanya salah satu sumber belajar atau sumber informasi. Sedangkan sumber belajar yang lain bisa teman sebaya, perpustakaan, alam, laboratorium, televisi, koran ataupun internet.
Bagi aliran konstruktivisme, guru tidak lagi menduduki tempat sebagai pemberi ilmu. Tidak lagi sebagai satu-satunya sumber belajar.  Namun guru lebih diposisikan sebagai fasiltator yang memfasilitasi siswa untuk dapat belajar dan mengkonstruksi pengetahuannya sendiri (Hudojo, 1998:5-6).
Sebagai fasilitator guru bertanggung jawab terhadap kegiatan pembelajaran di kelas. Diantara tanggung jawab guru dalam pembelajaran adalah merangsang dan memotivasi siswa, mendiagnosis dan mengatasi kesulitan siswa serta menyediakan pengalaman untuk menumbuhkan pemahaman siswa (Suherman dkk, 2001:76).
Oleh karena itu, guru harus menyediakan dan memberikan kesempatan sebanyak mungkin kepada siswa untuk belajar secara aktif. Sedemikian rupa sehingga para siswa dapat menciptakan, membangun, mendiskusikan, membandingkan, bekerja sama, dan melakukan eksperimentasi dalam kegiatan belajarnya (Setyosari, 1997: 53).

7.2Pendekatan Problem Posing sebagai Salah Satu Tipe Pembelajaran Konstruktivisme


Memperhatikan uraian di atas, nampaknya pembelajaran dengan pendekatan problem posing sejalan dengan prinsip pembelajaran berparadigma konstruktivisme. Melalui pembelajaran dengan pendekatan problem posing, siswa bisa belajar aktif dan mandiri. Ia akan membangun pengetahuannya dari yang sederhana menuju pengetahuan yang kompleks. Dan dengan bantuan guru, siswa bisa diarahkan untuk mengaitkan suatu informasi dengan informasi yang lainnya sehingga terbentuk suatu pemahaman baru.
Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk mendukung proses tersebut adalah pembelajaran matematika dengan pendekatan problem posing. Beberapa hasil penelitian menemukan bahwa pembelajaran dengan pendekatan problem posing memiliki dampak positif terhadap prestasi belajar siswa. Selain itu Rusefendi dalam Surtini (2004:49) mengatakan bahwa upaya membantu siswa memahami soal dapat dilakukan dengan menulis kembali soal tersebut dengan kata-katanya sendiri, menuliskan soal dalam bentuk lain atau dalam bentuk operasional. Kegiatan inilah yang dikenal dengan istilah problem posing. Oleh karena itu dengan pembelajaran problem posing ini, siswa diharapkan dapat membuat soal sendiri yang tidak jauh berbeda dengan soal yang diberikan oleh guru dari situasi-situasi yang ada, sehingga siswa terbiasa dalam menyelesaikan soal termasuk soal cerita dan diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

H.MANFAAT PENELITIAN


Penelitian ini penting karena mempunyai peranan dalam upaya meningkatkan daya tangkap siswa terhadap materi pelajaran matematika, sehingga tingkat kelulusan siswa tetap tinggi meskipun dengan diberlakukannya standar kelulusan yang tinggi.

I.METODE PENELITIAN


Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. (Sugiyono: 2006).
Metode pada dasarnya merupakan keseluruhan proses pemikiran dan penentuan matang tentang hal-hal yang dapat dilakukan. Ia merupakan landasan berpijak, serta dapat pula dijadikan dasar penilaian baik oleh peneliti itu sendiri maupun orang lain terhadap kegiatan penelitian. Dengan demikian, rancangan/metode penelitian bertujuan untuk memberi pertanggungjawaban terhadap semua langkah yang akan diambil. (Margono: 2002: 239).
Jenis penelitian ini merupakan penelitian

J.WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
10.1Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan, yaitu dari bulan Mei sampai bulan September 2009.

10.2Tempat Penelitian


Penelitian dilakukan di SMP Negeri 6 Banjarmasin yang beralamat di Jl. Veteran Gang Sempati Rt. 30 No. 6 Banjarmasin.



K.ANALISIS DATA


Untuk menganalisis data, peneliti akan menggunakan teknik Statistik Chi Kuadrat (X²). Adapun alasan menggunakan teknik ini adalah;
1)Ukuran sampelnya kecil dan sifat distribusi populasinya tidak diketahui secara pasti
2)Variabel penelitian dalam skala nominal
3)Untuk menduga barangkali ada faktor yang mempengaruhi adanya hubungan.
Rumus chi kuadrat (X²) adalah sebagai berikut;

X²=

Ket :
X²= Chi Kuadrat
fo= frekwensi yang diobservasi
fe= frekwensi yang diharapkan
Keputusan ;
Ho diterima apabila ; X² ≤ X² ℓ; derajat bebas tertentu
Ho ditolak apabila ; X² > X² ℓ; derajat bebas tertentu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar