PENGARUH PENDEKATAN PROBLEM POSING
TERHADAP DAYA TANGKAP SISWA
UNTUK MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS VIII SMP NEGERI 6 BANJARMASIN
PROPOSAL PENELITIAN
OLEH
SARBAINI
A1C103033
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2009
A.LATAR BELAKANG
Beberapa
kali siswa dari Indonesia memenangkan kompetisi matematika ataupun mata
pelajaran lainnya. Bahwa itu adalah sebauah prestasi, kita tidak bisa
memungkiri. Tetapi kita juga tidak bisa menutup mata terhadap kenyataan
sesungguhnya. Para pemenang kompetisi itu bukanlah siswa yang bisa
mewakili kemampuan siswa Indonesia pada umumnya, karena kesenjangan
antara para siswa pemenang kompetisi internasional itu dengan kebanyakan
siswa di Indonesia sangatlah besar.
Kenyataan yang sesungguhnya,
mutu pendidikan Indonesia berada dalam dilema. Di satu sisi, pemerintah
ingin meningkatkan standar kompetensi lulusan, tetapi jika standar
ditingkatkan, maka tingkat kelulusan siswa hampir bisa dipastikan
menurun. Di sisi lain, pemerintah juga tidak ingin banyak siswa yang
tidak lulus, maka standar kelulusanpun diturunkan. Akan tetapi, cara ini
adalah cara yang tidak bijak. Sesungguhnya yang harus dilakukan adalah
tetap mengupayakan peningkatan standar kelulusan. Sebagai
konsekuensinya, pemerintah juga harus berupaya meningkatkan kualitas
siswa, agar mampu menjangkau standar kelulusan tersebut.
Tidak
terkecuali dalam matematika. Terlebih lagi hingga saat ini matematika
masih merupakan monster yang sangat menakutkan bagi sebagian besar
siswa. Permasalahan ini tidak bisa hanya dilihat dalam satu sudut
pandang saja. Kita tidak boleh menilai dilema mutu pendidikan matematika
ini hanya disebabkan oleh matematika yang sulit. Karena, jika kita
berbicara tentang pendidikan matematika, tidak bisa terlepas dari tiga
bahasan utama yaitu matematika itu sendiri, bagaimana matematika
diajarkan, dan bagaimana siswa belajar matematika.
Tentu saja upaya
pemerintah menurunkan standar kelulusan untuk mata pelajaran matematika
tidak akan terjadi jika kita memandang pendidikan matematika secara
menyeluruh. Tentunya, kebijakan-kebijakan yang akan diambilpun tidak
sekedar menurunkan standar kelulusan untuk meningkatkan jumlah
kelulusan, tetapi kebijakan yang diambil juga menyangkut setidaknya tiga
hal berikut ini;
1)Apa itu matematika; artinya materi apa saja yang
layak dimasukkan ke dalam bidang pembahasan matematika; juga menyangkut
penjenjangan materi matematika;
2)Bagaimana guru mengajarkan
matematika; meliputi kemampuan yang harus dimiliki guru untuk menyajikan
matematika agar menarik minat belajar siswa;
3)Bagaimana cara siswa mempelajari matematika; meliputi aspek psikologis siswa dalam hal kegiatan belajar mengajar.
Jika
sudut pandang kita tentang pendidikan matematika telah kita luruskan,
maka yang perlu kita lakukan selanjutnya adalah menentukan pendekatan
apa saja yang paling efektif untuk pembelajaran matematika tertentu,
bagaimana aplikasinya dalam aktivitas pembelajaran, dan bagaimana metode
pengujiannya.
B.RUMUSAN MASALAH
Rincian permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut;
1)Pendekatan apa yang digunakan dalam pembelajaran matematika di SMP Negeri 6 Banjarmasin;
2)Pengaruh penerapan pendekatan tersebut terhadap minat dan daya tangkap siswa;
3)Pengaruh penerapan pendekatan problem posing dalam pembelajaran matematika untuk siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Banjarmasin.
C.BATASAN MASALAH
Adapun
batasan masalah dalam penelitian ini adalah mengenai pengaruh penerapan
pendekatan problem posing terhadap daya tangkap siswa kelas VIII SMP
Negeri 6 Banjarmasin.
D.TUJUAN PENELITIAN
Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang pengaruh
pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan problem posing
pada siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Banjarmasin, sehingga permasalahan
yang diajukan bisa terjawab. Untuk itu melalui penelitian ini, peneliti
ingin mendapatkan, mengolah dan menganalisis data tentang;
1)Penerapan pendekatan problem posing dalam pembelajaran matematika dan pengaruhnya bagi peningkatan minat belajar siswa.
2)Penerapan pendekatan problem posing dalam pembelajaran matematika dan pengaruhnya bagi daya tangkap siswa.
E.ANGGAPAN DASAR
Menurut
W. Sus Ahmad, anggapan dasar adalah sebuah titik tolak pemikiran yang
kebenarannya diterima oleh peneliti (Zainun Iskandar: 2005: 28).
Keberhasilan
pembelajaran matematika tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat kecerdasan
siswa, melainkan juga dipengaruhi oleh cara guru dalam mengajarkan
matematika kepada siswanya.
F.HIPOTESIS
Hipotesis
merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian (Wahyu:
2002: 22). Dari latar belakang dan tinjauan pustaka di atas, dapat kita
buat hipotesis sebagai berikut yaitu:
1)Hipotesis nol (Ho): Tidak
terdapat pengaruh antara penerapan pendekatan problem posing terhadap
peningkatan daya tangkap siswa dalam pembelajaran matematika untuk siswa
kelas VIII SMP Negeri 6 Banjarmasin.
2)Hipotesis alternatif (Ha):
Terdapat pengaruh antara penerapan pendekatan problem posing terhadap
peningkatan daya tangkap siswa dalam pembelajaran matematika untuk siswa
kelas VIII SMP Negeri 6 Banjarmasin.
G.TINJAUAN PUSTAKA
7.1Konstruktivisme dalam Pembelajaran
Kontruktivisme
merupakan aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan
kita merupakan hasil konstruksi kita sendiri (Von Glaserfeld dalam
Pannen dkk, 2001:3). Konstruktivisme sebagai aliran filsafat, banyak
mempengaruhi konsep ilmu pengetahuan, teori belajar dan pembelajaran.
Konstruktivisme menawarkan paradigma baru dalam dunia pembelajaran.
Sebagai landasan paradigma pembelajaaran, konstruktivisme menyerukan
perlunya partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran, perlunya
pengembagan siswa belajar mandiri, dan perlunya siswa memiliki kemampun
untuk mengembangkan pengetahuannya sendiri.
Seruan tersebut memberi
dampak terhadap landasan teori belajar dalam dunia pendidikan di
Indonesia. Semula teori belajar dalam pendidikan Indonesia lebih
didominasi aliran psikologi behaviorisme. Akan tetapi saat ini, para
pakar pendidikan di Indonesia banyak yang menyerukan agar landasan teori
belajar mengaju pada aliran konstruktivisme.
Akibatnya, oreintasi
pembelajaran di kelas mengalami pergeseran dari berpusat pada guru
mengajar ke pembelajaran berpusat pada siswa. Siswa tidak lagi
diposisikan sebagai gelas kosong yang siap diisi. Dengan sikap pasrah
siswa disiapkan untuk dijejali informasi oleh gurunya. Atau siswa
dikondisikan sedemikian rupa untuk menerima pengatahuan dari gurunya.
Siswa kini diposisikan sebagai mitra belajar guru. Guru bukan
satu-satunya pusat informasi dan yang paling tahu. Guru hanya salah satu
sumber belajar atau sumber informasi. Sedangkan sumber belajar yang
lain bisa teman sebaya, perpustakaan, alam, laboratorium, televisi,
koran ataupun internet.
Bagi aliran konstruktivisme, guru tidak lagi
menduduki tempat sebagai pemberi ilmu. Tidak lagi sebagai satu-satunya
sumber belajar. Namun guru lebih diposisikan sebagai fasiltator yang
memfasilitasi siswa untuk dapat belajar dan mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri (Hudojo, 1998:5-6).
Sebagai fasilitator guru
bertanggung jawab terhadap kegiatan pembelajaran di kelas. Diantara
tanggung jawab guru dalam pembelajaran adalah merangsang dan memotivasi
siswa, mendiagnosis dan mengatasi kesulitan siswa serta menyediakan
pengalaman untuk menumbuhkan pemahaman siswa (Suherman dkk, 2001:76).
Oleh
karena itu, guru harus menyediakan dan memberikan kesempatan sebanyak
mungkin kepada siswa untuk belajar secara aktif. Sedemikian rupa
sehingga para siswa dapat menciptakan, membangun, mendiskusikan,
membandingkan, bekerja sama, dan melakukan eksperimentasi dalam kegiatan
belajarnya (Setyosari, 1997: 53).
7.2Pendekatan Problem Posing sebagai Salah Satu Tipe Pembelajaran Konstruktivisme
Memperhatikan
uraian di atas, nampaknya pembelajaran dengan pendekatan problem posing
sejalan dengan prinsip pembelajaran berparadigma konstruktivisme.
Melalui pembelajaran dengan pendekatan problem posing, siswa bisa
belajar aktif dan mandiri. Ia akan membangun pengetahuannya dari yang
sederhana menuju pengetahuan yang kompleks. Dan dengan bantuan guru,
siswa bisa diarahkan untuk mengaitkan suatu informasi dengan informasi
yang lainnya sehingga terbentuk suatu pemahaman baru.
Salah satu
pendekatan yang dapat digunakan untuk mendukung proses tersebut adalah
pembelajaran matematika dengan pendekatan problem posing. Beberapa hasil
penelitian menemukan bahwa pembelajaran dengan pendekatan problem
posing memiliki dampak positif terhadap prestasi belajar siswa. Selain
itu Rusefendi dalam Surtini (2004:49) mengatakan bahwa upaya membantu
siswa memahami soal dapat dilakukan dengan menulis kembali soal tersebut
dengan kata-katanya sendiri, menuliskan soal dalam bentuk lain atau
dalam bentuk operasional. Kegiatan inilah yang dikenal dengan istilah
problem posing. Oleh karena itu dengan pembelajaran problem posing ini,
siswa diharapkan dapat membuat soal sendiri yang tidak jauh berbeda
dengan soal yang diberikan oleh guru dari situasi-situasi yang ada,
sehingga siswa terbiasa dalam menyelesaikan soal termasuk soal cerita
dan diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
H.MANFAAT PENELITIAN
Penelitian
ini penting karena mempunyai peranan dalam upaya meningkatkan daya
tangkap siswa terhadap materi pelajaran matematika, sehingga tingkat
kelulusan siswa tetap tinggi meskipun dengan diberlakukannya standar
kelulusan yang tinggi.
I.METODE PENELITIAN
Secara
umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan
data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. (Sugiyono: 2006).
Metode
pada dasarnya merupakan keseluruhan proses pemikiran dan penentuan
matang tentang hal-hal yang dapat dilakukan. Ia merupakan landasan
berpijak, serta dapat pula dijadikan dasar penilaian baik oleh peneliti
itu sendiri maupun orang lain terhadap kegiatan penelitian. Dengan
demikian, rancangan/metode penelitian bertujuan untuk memberi
pertanggungjawaban terhadap semua langkah yang akan diambil. (Margono:
2002: 239).
Jenis penelitian ini merupakan penelitian
J.WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
10.1Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan, yaitu dari bulan Mei sampai bulan September 2009.
10.2Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di SMP Negeri 6 Banjarmasin yang beralamat di Jl. Veteran Gang Sempati Rt. 30 No. 6 Banjarmasin.
K.ANALISIS DATA
Untuk
menganalisis data, peneliti akan menggunakan teknik Statistik Chi
Kuadrat (X²). Adapun alasan menggunakan teknik ini adalah;
1)Ukuran sampelnya kecil dan sifat distribusi populasinya tidak diketahui secara pasti
2)Variabel penelitian dalam skala nominal
3)Untuk menduga barangkali ada faktor yang mempengaruhi adanya hubungan.
Rumus chi kuadrat (X²) adalah sebagai berikut;
X²=
Ket :
X²= Chi Kuadrat
fo= frekwensi yang diobservasi
fe= frekwensi yang diharapkan
Keputusan ;
Ho diterima apabila ; X² ≤ X² ℓ; derajat bebas tertentu
Ho ditolak apabila ; X² > X² ℓ; derajat bebas tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar